Rabu, 28 Oktober 2015
Satelit Palapa
“ Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.”
Demikian sumpah lantang sang patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, menurut kitab Pararaton. Ikrar terucap karena kuatnya keinginan Gajah Mada untuk membendung pengaruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara di Kepulauan Nusantara.
Nusantara harusnya berada di bawah kuasa kerajaan yang ada di dalamnya, bukan dikuasai kerajaan lain yang ada di daratan Asia Tenggara. Kukuhnya ucapan ini dalam sejarah Nusantara membuat kata ‘palapa” diabdikan menjadi nama satelit komunikasi milik Indonesia. Nama “palapa” sendiri dipilih oleh Presiden Suharto pada bulan Juli 1975.
Satelit ini merupakan awal program Satelit Palapa yang dimulai sejak Februari 1975, oleh karena itu kontrak yang diberikan ke Boeing Satellite Systems ( dahulu dikenal dengan Hughes Space and Communication Inc.) dari Amerika Serikat saat itu termasuk pembangunan 9 stasiun bumi, 1 stasiun control utama, dan pengadaan 2 satelit ( Palapa A1 dan A2 )
Satelit Palapa A1 merupakan satelit pertama yang diluncurkan pada tanggal 8 Juli 1977 oleh roket Amerika Serikat dan dilepas di atas Samudra Hindia pada 83° BT. Sedangkan Palapa A2 adalah satelit komunikasi milik Indinesia dan dioperasikan oleh Perumtel pada tanggal 10 Maret 1977 yang beroperasi di orbit 77° BT.
Selain Satelit Palapa A1 dan A2, Indonesia masih memiliki banyak satelit lain yang berada di luar angkasa seperti Satelit Palapa B2P (1987), Satelit Palapa C1 (1996), Satelit Palapa C2 (1996), Satelit Telkom-2 (2005), Satelit Inasat-1 (2006),Satelit Lapan-Tubsat (2007), Indostar2 / Cakrawala2 (2009), dan Satelit Palapa D (2009).
Stephanie (29)
XI B IPA